Minggu, 19 Juni 2016

0812-7336-1787 Kontraktor / Konsultan IPAL / STP / WWTP / IPLT ~ Kuras Septictank & Saluran Mampet di Batam

0812-7336-1787 Kontraktor / Konsultan IPAL / STP / WWTP / IPLT ~ Kuras Septictank & Saluran Mampet di Batam



Tukang Sedot WC Professional dan Service Saluran Mampet (WC - Septictank - Kamar Mandi - Wastafel - Saluran Air - STP - WWTP - Grease Trap/Perangkap Lemak, dll) di Batam - Kepulauan Riau - Indonesia

~ Jasa Perawatan / Maintenance / Pengurasan WWTP / STP / IPLT / IPAL di Pulau Batam
~ Konsultan WWTP / STP / IPLT / IPAL di Pulau Batam
~ Jasa Pembangunan / Rekonstruksi WWTP / STP / IPLT / IPAL di Pulau Batam (Untuk Rumah Sakit, Klinik, Industri, Pabrik, Kawasan Industri, Shipyard, Mall, Hotel, Restaurant, dll)
~ Jasa Rekonstruksi Septictank di Batam
~ Jasa Pembuatan Laporan / Dokumen IPAL (Instalasi Pengelolaan / Pengolahan Air Limbah) per-triwulan, per-semester & tahunan
~ Kontraktor Bangunan Sipil / Renovasi Rumah di Batam
~ Jasa Pengecatan Rumah / Ruko / Gedung / Perkantoran
~ Kontraktor Jasa Pertamanan / Landscaping di Batam

http://sedotinja.blogspot.com/



 

Selain Melayani Jasa Sedot WC Professional dan Service Saluran Mampet di Batam - Kepulauan Riau - Indonesia, kami juga melayani pekerjaan:

~ Jasa Perawatan / Maintenance / Pengurasan WWTP / STP / IPLT / IPAL di Pulau Batam
~ Konsultan WWTP / STP di Pulau Batam
~ Jasa Pembangunan WWTP / STP di Pulau Batam
~ Jasa Rekonstruksi Septictank di Batam
~ Kontraktor Bangunan Sipil / Renovasi Rumah di Batam
~ Kontraktor Jasa Pertamanan di Batam




Air Limbah Domestik dan Penanganannya

Air limbah menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Definisi lainnya, air limbah adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Sedangkan air limbah Rumah Tangga atau air buangan adalah sisa air yang tidak diperlukan lagi yang berasal dari rumah tangga. Pada umumnya mengandung bahan atau zat membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan dan lingkungan hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran berbagai penyakit. Berdasarkan bentuknya limbah domestik, dibedakan menjadi 2, yaitu limbah domestik cair dan limbah domestik padat. Limbah domestik cair biasanya berupa air bekas cucian yang mengandung detergen, air bekas mandi yang mengandung sabun, minyak goreng bekas Sedangkan limbah domestik padat bisa berupa sisa sayur, sisa makanan, dan lain-lain. Idealnya sebelum air limbah dibuang ke saluran air harus diolah terlebih dahulu dalam tangki peresapan. Prinsip dasarnya adalah bahwa air limbah yang dilepas ke lingkungan sudah tidak berbahaya lagi bagi kesehatan lingkungan. Air Limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidakseimbangan ekosistem sungai dan sebagainya.

Pada umumnya air limbah dapat menimbulkan dampak, yaitu dampak terhadap kehidupan biota air, dampak terhadap kualitas air tanah, dampak terhadap kesehatan, dampak terhadap estetika lingkungan. Pada wilayah perkotaan mudah terlihat adanya sarana air limbah yang dialirkan melalui saluran-saluran, dimana air limbah dari rumah tangga tersebut segera dialirkan ke saluran-saluran yang ada di sekitar wilayah permukiman sampai ke badan air anak sungai dan sungai terdekat. Selain dialirkan ke saluran-saluran yang ada, terdapat satu pendekatan dalam usaha pengolahan air limbah rumah tangga adalah dengan menggunakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Komunal.

Keberadaan limbah cair rumah tangga apabila tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh terhadap lingkungan, antara lain:

Pencemaran pada Badan Air
Keberadaan limbah cair domestik atau rumah tangga akan terus meningkat sesuai dengan perkembangan jumlah penduduk, demikian juga limbah industri termasuk industri rumah tangga mempunyai kontribusi yang cukup signifikan terhadap zat pencemar organik pada badan-badan air.
Parameter BOD (Biochemical Oxigen Demand) adalah parameter yang digunakan untuk tolok ukur kandungan senyawa organik yang dapat dirombak oleh mikroorganisme. Tolok ukur ini dipilih karena kebutuhan oksigen untuk reaksi yang dilakukan oleh sel ini setara dengan konsentrasi senyawa organik yang dirombak. Perombakan ini akan terus berlangsung selama oksigen didalam air masih tersedia. Hasil perombakan ini menghasilkan sel baru. Jika air mengandung senyawa organik yang dapat dirombak oleh mikroorganisme, maka peningkatan akan terjadi didalam air itu selama kandungan oksigen terlarut dapat memenuhi kebutuhan untuk reaksi biokimiawi. Jadi nilai BOD yang tinggi dari suatu limbah cair yang dibuang ke perairan alami akan menyusutkan kandungan oksigen terlarut pada perairan itu. Makhluk air yang tinggi tidak dapat hidup di perairan ini akibat kebutuhan oksigen untuk kehidupannya tidak tercukupi. Jika oksigen terlarut dalam air mencapai nol, maka mikroorganisme yang berperan akan berganti dari mikroorganisme jenis aerob menjadi mikroorganisme jenis anaerob. Ciri perairan yang berada dalam keadaan anaerobik ini adalah munculnya bau akibat dari terbentuknya gas H2S dan NH3. Senyawa organik yang dinyatakan dengan BOD ini dapat berupa senyawa organik yang tersuspensi dan senyawa organik yang terlarut.

Pencemaran pada Tanah
Air limbah yang mencemari tanah dalam perjalanannya akan mengalami peristiwa fisik mekanik, kimia, dan biologis. Peristiwa fisik mekanik yang terjadi karena adanya distribusi larutan yang mengalir melalui pori-pori tanah yang tidak seragam, sehingga terjadi efek penahanan oleh zat-zat padat dan pengendapan partikel-partikel padat karena gaya berat. Peristiwa kimia terjadi penyebaran molekuler yang dihasilkan dari potensi kimia, sedangkan proses biologis terjadi pada bahan pencemar organik yang diuraikan oleh bakteri pembusuk. Pada tanah kering gerakan bakteri horizontal ± 1 meter dan vertikal kebawah ± 3 meter.

Pada tanah basah dengan kecepatan aliran tanah 1 – 3 meter perhari maka gerakan atau perjalanan bakteri bersama aliran air secara horizontal mencapai maksimum 11 meter dimana pada jarak 5 meter akan melebar maksimum 2 meter dan kemudian menyempit kembali sampai jarak 11 meter. Adapun gerakan kebawah tergantung dari kedalaman air limbah itu menembus kedalam tanah. Gerakan pencemar bahan kimia dalam tanah secara horizontal mengikuti aliran air akan melebar 9 meter pada jarak 25 meter dan menyempit lagi sampai jarak 95 meter.

Mengingat limbah cair rumah tangga kaya akan zat organik, maka jika debitnya cukup besar, maka tingkat penetrasi di dalam tanah akan mencapai jarak yang cukup jauh, sehingga berpotensi untuk mencemari air tanah / air sumur.

Dalam standar kualitas air (Permenkes No. 416 Tahun 1990) ditentukan maksimal angka zat organik adalah 10 mg/l. Penyimpangan terhadap batas maksimum yang diperbolehkan ini akan dapat menyebabkan timbulnya bau tidak sedap dan dapat menyebabkan sakit perut.

Air Limbah dan Kehidupan Vektor
Air limbah yang dibuang ke lingkungan baik di tanah atau pada badan air banyak menimbulkan masalah vektor yaitu cocok untuk bersarang dan berkembang biaknya nyamuk dan lalat. Tikus juga menyenangi tempat-tempat tersebut. Dengan demikian akibat yang ditimbulkan selain mengganggu kenyamanan juga berpotensi terjadinya penularan penyakit seperti penyakit perut, malaria, kecacingan dan lain-lain.

Dalam upaya untuk meningkatkan sistem pengelolaan air limbah, maka diatur dengan PermenPU





Berdasarkan tempat pengolahannya sistem pengelolaan limbah cair domestik dapat dibedakan menjadi:

Centralized system/ sistem pengolahan terpusat/ Off site system
Sistem pengolahan air limbah dari seluruh daerah pelayanan dikumpulkan melalui suatu riol pengumpul, kemudian dialirkan ke dalam riol kota menuju ke tempat instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan atau dengan pengenceran tertentu (interseptingsewer), yang selanjutnya bila telah memenuhi standar baku mutu dapat dibuang ke badan air penerima.

Decentralized system/ sistem pengolahan setempat/ On site system
Sistem pembuangan air limbah dimana air limbah dibuang serta diolah langsung di tempat tanpa melalui penyaluran terlebih dahulu. Sistem ini dipakai jika syarat-syarat teknis lokasi dapat dipenuhi dan menggunakan biaya relatif rendah.Sistem dimana pada daerah itu tidak ada sistem riol kota atau untuk l ingkungan kecil yang masih tersedia lahan pekarangannya
Untuk daerah-daerah dengan tingkat hunian yang belum terlalu tinggi masih memungkinkan dengan pengolahan setempat, maka diperlukan sarana sanitasi berupa sistem penyaluran secara tertutup baik WC maupun SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah).
Sistem septic tank sebenarnya adalah sumur rembesan atau sumur kotoran. Septic tank merupakan sitem sanitasi yang terdiri dari pipa saluran dari kloset, bak penampungan kotoran cair dan padat, bak resapan, serta pipa pelepasan air bersih dan udara. Dalam pembuatan septictank perlu memperhatikan dasar-dasar sebagai berikut:

• Minimal dapat dipakai 10 orang dengan air 15 liter/orang/hari.
• Volume ruang lumpur 30 liter/orang/tahun.
• Dasar septictank dibuat miring kearah kotoran keluar.
• Kotoran dapat ditampung dalam waktu 2 – 4 tahun untuk selanjutnya dikuras (tergantung perencanaan)
• Waktu tinggal kotoran ± 3 hari.
• Tinggi pipa pemasukan minimal 5 cm diatas pipa pengeluaran.
• Tinggi pipa pemasukan maupun pengeluaran harus terletak minimal 10 cm diatas muka air tanah.
• Tangki septictank diberi lubang pemeriksa untuk menguras dan pipa ventilasi.
• Lapisan dalam septictank 30 cm dari tutup atas adalah ruang gas, dibawah ruang gas adalah kotoran-kotoran yang masih mengapung di atas air.
• Tinggi dari dasar sampai permukaan air tergantung perencanaan.
• Setelah selesai dibuat harus diisi penuh air dan diberi bibit air kotor dari selokan.




Dengan semakin padatnya tingkat hunian di daerah perkotaan, maka untuk sistem pengolahan setempat limbah cair rumah tangga menjadi sulit dilakukan, apalagi apabila penduduk setempat juga masih menggunakan air tanah setempat sebagai sumber air bersih atau air baku air minum. Apabila terdapat kondisi ini maka alangkah baiknya apabila sistem pengolahan limbah cair ini dilakukan secara kelompok atau komunal dengan penyaluran secara tertutup (perpipaan) kemudian dilanjutkan pengolahan dan peresapan. Apabila langkah ini yang diambil diperlukan peran-peran dari pihak lain baik pemerintah maupun swasta dalam penanganannya.

Instalasi Pengolahan Air limbah ( IPAL ) merupakan salah satu persyaratan yang harus disertakan untuk mendapatkan ijin membangun sebuah kegiatan usaha khususnya yang menghasilkan limbah yang berbahaya dan beracun, seperti usaha manufaktur, klinik-klinik kesehatan, Rumah sakit, Puskesmas, Rumah potong hewan, Industri, Perumahan, Hotel, Pasar ikan, Pondok Pesantren, Sekolahan, dan lain-lain.
IPAL adalah suatu perangkat peralatan teknik beserta perlengkapannya yang memproses / mengolah cairan sisa proses produksi, sehingga cairan tersebut layak dibuang ke lingkungan, banyak limbah cair maupun yang lainnya yang sengaja di buang tanpa di olah terlebih dahulu, hal ini sangat merugikan masyarakat dan juga lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya pengolahan yang spesifik untuk mengurangi pencemaran lingkungan.

TUJUAN DAN MANFAAT PEMBUATAN IPAL
a. Mengolah limbah cair dari hasil kegiatan usaha sehingga aman untuk lingkungan
b. Mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari limbah tersebut
c. Membantu menjaga kelestarian lingkungan hidup

TEKNIK MEMILIH IPAL
Secara ideal didalam memilih IPAL untuk Rumah Sakit, Klinik Kesehatan, Restoran, Sekolahan, Atau Instansi Lainnya atau Bahkan Tempat Pemukiman, hendaknya memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

- Kualitas efluen hasil olahan memenuhi standart dan stabill
- Pengoperasiannya mudah, murah,sederahana namun efektif dan efisien
- Kebutuhan lahan minimal dan konstruksi menggunakan bahan baku setempat
- Desain proses ramah lingkungan, bebas dari bau, bising, kotor serta gangguan tikus dan vektor.
- Desain konstruksi dapat dikerjakan oleh tenaga setempat, namun harus higienis dan tidak mengganggu estetika.
- Sudah teruji di banyak rumah sakit dan investasi terjangkau.
- Pelayanan saat operasional dan rekanan serta suku cadang mudah didapat.
- Harga Terjangkau
Dengan penguasaan teknologi dan pemahaman tentang sistem pengolahan limbah, kami dapat membantu dalam mendesign sistem pengolahan limbah, dengan mengacu pada :

• Data data teknis air limbah (data laboratorium),
• Data kapasitas pengolahan limbah dan lain-lain.

Dalam menentukan design IPAL system, kami sangat memperhatikan beberapa aspek :

• System yang handal,
• Energi low cost,
• Kebutuhan lahan yang effisien,
• Investasi yang murah,
• Mudah pengoperasional IPAL system,
• Bahan kimia yang mudah didapat dalam operasional IPAL,
• Spare part yang mudah didapat (yang bersifat umum),
• Ramah lingkungan.

Untuk menentukan design system IPAL, kami membutuhkan data-data air limbah. Secara umum beban limbah yang diatas rata-rata memerlukan design IPAL. Limbah yang mempunyai beban BOD di atas 400 ppm, secara umum tidak bisa diolah dengan system pengolahan limbah sistem paket. Kami dapat membantu dalam mendesign sistem IPAL tersebut.
Kami Spesialisasi Dalam Pembuatan IPAL Untuk Pengolahan Limbah Dari Puskesmas, Limbah Medis Yang Berasal Dari Kegiatan Puskesmas Akan Diolah Menggunakan Sistem IPAL Yang Kami Terapkan
Untuk Pilihan Sistem Dalam Ipal Puskesmas Dapat Menggunakan Beberapa Metode Pilihan.

1. Biologi An Aerobic Aerobic
2. Biologi Aerobic
3. Tangki Fiber Bulat
4. Oksidasi
5. Beberapa Alternatif Pilihan Sistem Lainnya

Konsep Bio-Removal Yang Kita Tawarkan Bukan Semata Mata Menjual Produk Ataupun Barang., Akan Tetapi Kami Mengedepankan Hasil Olahan Serta Garansi Sistem Dengan Kualitas Air Sesuai Baku Mutu Pemerintah Tentang Air Limbah Hasil Olahan.
Kami Memberikan Beberapa Metoda Pilihan Sistem IPAL Yang Diterapkan Serta Material IPAL Yang Akan Dipergunakan.
Dengan Perhitungan Secara Kaidah Teknis Dan Empiris Akan Diperoleh Sistem Yang Handal, Tepat Guna Serta Efisien.
Dimensi / Ukuran IPAL Yang Flexible Mempermudah Pemasangan Dan Penyesuaian Saat Pemasangan Di Lapangan Walaupun Di Tempat Yang Terbatas.
Model, Bentuk Dan Dimensi Dapat Berubah Ubah Menyesuaikan Lahan Yang Tersedia Tanpa Mengurangi Kemampuan Sistem Saat IPAL Beroperasi.

Produk Produk Kami Yang Lain :

- Surface Aserator
- IPAL Rumah Sakit
- STP
- Sewage Treatment Plant Perumahan Dan Pemukiman.
- IPAL Rumah Potong Hewan / RPH
- Water Treatment Plant
- WTP
- IPA
- Panel Tank
- Storage Tank



Air limbah menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.Definisi lainnya, air limbah adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Sedangkan air limbah Rumah Tangga atau air buangan adalah sisa air yang tidak diperlukan lagi yang berasal dari rumah tangga. Pada umumnya mengandung bahan atau zat membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan dan lingkungan hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran berbagai penyakit. 


Sumber air limbah dari kegiatan rumah tangga seperti dari urine, kegiatan mandi, mencuci peralatan rumah tangga, mencuci pakaian serta kegiatan dapur lainnya. Idealnya sebelum air limbah dibuang ke saluran air harus diolah terlebih dahulu dalam tangki peresapan. Prinsip dasarnya adalah bahwa air limbah yang dilepas ke lingkungan sudah tidak berbahaya lagi bagi kesehatan lingkungan. Air Limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidakseimbangan ekosistem sungai dan sebagainya.
Pada umumnya air limbah dapat menimbulkan dampak, yaitu dampak terhadap kehidupan biota air, dampak terhadap kualitas air tanah, dampak terhadap kesehatan, dampak terhadap estetika lingkungan. Pada wilayah perkotaan mudah terlihat adanya sarana air limbah yang dialirkan melalui saluran-saluran, dimana air limbah dari rumah tangga tersebut segera dialirkan ke saluran-saluran yang ada di sekitar wilayah permukiman sampai ke badan air anak sungai dan sungai terdekat. Selain dialirkan ke saluran-saluran yang ada, terdapat satu pendekatan dalam usaha pengolahan air limbah rumah tangga adalah dengan menggunakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Komunal.





Berdasarkan proses pengolahannya, limbah cair dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pengolahan fisik, contohnya: screening, mixing, flocculation, sedimentation, filtration dan gas transfer. Pengolahan ini bertujuan menghilangkan atau mengambil material padat yang ada didalam limbah cair, baik dengan cara pengendapan maupun pengapungan. Pengolahan kimia, contohnya: adsorption dan desinfection. Bertujuan untuk menghilangkan padatan yang tersuspensi dengan cara menambahkan bahan kimia agar terjadi reaksi kimia sehingga bisa mengendap. Pengolahan biologi, contohnya: tricling filter, rotating biological contactor dan lumpur aktif (activated sludge). Bertujuan untuk menguraikan bahan-bahan organik yang ada didalam limbah cair (Metcalf & Eddy, 1991). 


Dalam pengolahan limbah cair ada beberapa proses tahapan pengolahan yang harus dilakukan dalam mengolah limbah cair. Dimana diantaranya: pengolahan pendahuluan (pre treatment) bertujuan untuk membersihkan material padat baik yang mengapung maupun yang mengendap. Unit pengolahan pendahuluan contohnya: bar rack, grit chamber dan comminutor. Pengolahan pertama (primary treatment) yang mana bertujuan untuk menghilangkan material padat yang tercampur/tersuspensi dengan air limbah. Unit pengolahan pertama berupa bak pengendap. Pengolahan kedua (secondary treatment) bertujuan untuk menguraikan bahan-bahan organik yang ada didalam limbah cair. Unit pengolahan kedua contohnya: tricling filter, lumpur aktif, kolam oksidasi dan rotating biological contactor (RBC). Pengolahan ketiga (tertiary treatment) bertujuan bila pada pengolahan pertama dan kedua masih ada terdapat zat-zat tertentu yang berbahaya bagi masyarakat dan lingkungan maka, perlu dilakukannya penambahan pengolahan ketiga. Jenis pengolahan yang dilakukan berdasarkan zat yang terbanyak tersisa dari unit pengolahan sebelumnya dan dianggap berbahaya. Unit pengolahan ketiga misalnya berupa saringan pasir, vacuum filter, mikrostainig dan pengurangan besi dan mangan. Pengolahan lanjutan (ultimate disposal) bertujuan untuk mengolah lumpur sisa dari proses pengolahan limbah cair (Metcalf & Eddy, 1991). 


Berdasarkan proses pengolahannya, pengolahan biologis terdiri dari pengolahan secara aerobik, pada pengolahan ini bakteri yang ada didalam unit pengolahan biologi memerlukan oksigen dalam menguraikan zat-zat yang ada didalam limbah cair atau dengan kata lainnya pengolahan yang membutuhkan udara. Pengolahan anaerobik, pada pengolahan ini bakteri yang ada didalam unit pengolahan biologi tidak memerlukan oksigen dalam menguraikan zat-zat yang ada didalam limbah cair atau dengan kata lain pengolahan yang tanpa memerlukan udara.




Kami adalah merupakan perusahaan / kontraktor yang bergerak di bidang perencanaan (desain 2D/3D/RAB), rehabilitasi/ optimalisasi, serta pembangunan INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) dengan mengacu pada NERACA AIR (PAM/SUMUR) dan Kapasitas IPAL (memperhatikan perkembagan usaha) terutama untuk mengolah air limbah domestik seperti di RUMAH SAKIT, PUSKESMAS (klinik), Hotel, Tempat kost, Kantor, Perumahan dan Rumah tangga biasa.
Mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pembangunan, hingga evaluasi system IPAL yang dibutuhkan kami kerjakan dengan sepenuh hati untuk memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh undang-undang.

Konsep dasar pemikiran dari kami telah banyak diadopsi oleh beberapa Rumah Sakit, Klinik/Puskesmas dan Perumahan (SEPTICTANK/ IPAL Komunal),
Dari beberapa IPAL yang telah menggunakan jasa kami terbukti dengan hasil uji semua efluennya memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh undang-undang.
Oleh karena itu, guna membantu mempercepat adanya IPAL yang efluennya memenuhi baku mutu yang ditetapkan dengan harga yang sangat terjangkau serta pemeliharaan yang mudah, maka kami menawarkan jasa di bidang IPAL


Pemanfaatan Bakteri Nitrobacter SP Sebagai Upaya Biodegradasi Pengolahan Air Limbah



Mikroba terdapat dimana-mana di sekitar kita ada yang menghuni tanah, air, dan udara. Studi tentang mikroba yang ada di lingkungan alamiahnya disebut ekologi mikroba. Ekologi merupakan bagian biologi yang berkenaan dengan studi mengenai hubungan organism atau kelompok organisme dengan lingkungannya.

Ekologi mikroba sangat berperan membantu memperbaiki kualitas lingkungan. Bagian dari mikrobiologi yang mempelajari tentang peranan mikroorganisme di dalam lingkungan adalah mikrobiologi lingkungan. Lingkungan yang dimaksud terutama terdiri dari air, udara, dan tanah. Mikrobiologi air adalah mikrobiologi yang mempelajari kehidupan dan peranan mikroorganisme di dalam lingkungan air. Peranan mikroba dalam air dapat dipakai dalam bidang kesehatan, bidang pertanian, bidang peternakan, bidang industri, bidang pengairan, bidang pengolahan air. Mikrobiologi tanah adalah bagian disiplin mikrobiologi yang mempelajari kehidupan, aktivitas, dan peranan mikroorganisme di dalam tanah.

Perananan mikroba dalam lingkungan hidup pada saat sekarang adalah sebagai jasad yang secara langsung atau secara tidak langsung mempengaruhi lingkungan; dan juga baik jasad yang secara langsung maupun secara tidak langsung dipengaruhi oleh lingkungan.

NITROBACTER

Unsur nitrogen di alam terdapat dalam bentuk gas, sedangkan di tanah jumlahnya sangat sedikit,namun sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah banyak. Nitrogen bersenyawa membentuk urea, protein, asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti amoniak, nitrit dan nitrat.

Meskipun kebutuhan N2 sangat penting, namun hanya sedikit organisme yang dapat mengikat N2 dari udara, yaitu jenis bakteri dan gangang bersel satu yang bersimbiosis dengan tmbuhan tingkat tinggi melalui Fiksasi Nitrogen. Sedangkan tumbuhan lainnya memperoleh senyawa nitrogen melalui suplai N2 atau daur nitrogen. N2 diserap oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat melalui proses Nitrifikasi yang dibantu oleh bakteri Nitrosomonas, Nitrococus dan Nitrobacter.

Bakteri yang mengoksidasi ammonia menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat disebut bakteri nitrifikasi. Sedangkan bakteri denitrifikasi adalah bakteri mampu mengubah nitrit menjadi gas nitrogen yang nantinya gas tersebut akan kembali lagi ke atmosfer dan siap untuk memulai daur lagi.

Nitrobacter merupakan bakteri nitrifikasi karena merupakan bakteri yang mengubah nitrit menjadi nitrat. Nitrobacter termasuk famili Nitrobacteraceae. Spesies nitrobacter meliputi Nitrobacter winogradskyi, Nitrobacter hamburgensis, Nitrobacter vulgaris, Nitrobacter alkalicus. Selain itu, nitrobacter juga merupakan sub-kelas dari Proteobacteria.Tidak seperti pada tumbuhan, ketika transfer elektron pada fotosintesis menyedisakan energi untuk fiksasi karbon, Nitrobakter menggunakan energi dari oksidasi ion nitrit ( NO2¯ ) menjadi ion nitrat ( NO3¯ ) untuk memenuhi kebutuhan karbonnya.

Nitrobacter memiliki pH optimum antara 7,3 dan 7,5 serta akan mati pada suhu 120°F (49°C) atau di bawah 32°F (0°C). Menurut Grundman, Nitrobacter tumbuh optimal pada suhu 38°C dan pH 7,9. Akantetapi, Holt menyatakan bahwa Nitrobacter tumbuh optimal pada suhu 28°C dan ph antara 5,8-8,5 dan memiliki pH optimal antara 7,6-7,8 (Grundman et. al. 2000, Holt, 1993). Nitrobakter termasuk bakteri aerob, pada umumnya berbentuk batang, seperti pir atau pleomorfhic dan berkembang biak dengan budding.

Nitrosomonas menguraikan ammonia menjadi Nitrit, yang merupakan senyawa beracun bagi koi. Nitrit menjadi makanan bakteri Nitrobacter dan menghasilkan senyawa Nitrat. Melihat keterkaitannya, lumrah bila kita menemukan kedua bakteri itu bersama dalam kolam. Walaupun berbahaya, koi masih mampu bertahan dengan kadar Nitrit dua kali kadar ammonia.

Inilah yang dimaksud siklus nitrogen atau lazim disebut proses nitrifikasi. Koi melakukan respirasi dan bersekresi membuang kotoran yang mengandung ammonia. Begitu juga sisa pakan, kotoran di dasar kolam, atau koti mati yang lama tidak diangkat. Semuanya memberikan kontribusi terhadap peningkatan kadar ammonia dalam kolam. Ammonia diuraikan nitrosomonas menjadi nitrit. Siklus berikutnya adalah nitrobacter yang mengkonversi nitrit menjadi nitrat. Pada bagian akhir, nitrat diserap tumbuhan air atau menguap setelah melalui proses oksidasi dipermukaan air.

Karakteristik

Nitrosomonas dan nitrobacter adalah terminologi bakteri Lithotrophic. Mereka membutuhkan oksigen dan makanan untuk hidup dan membangun koloni dimedia dengan permukaan yang keras dan bersih. Kedua jenis bakteri tersebut termasuk lama dalam replikasi dibanding bakteri lain yang ada. Pada kolam air tawar, bakteri membutuhkan waktu setiap 8 jam untuk bereplika, sedangkan untuk air laut lebih lama lagi, sekitar 24 jam.

Proses pengolahan air limbah secara biologis aerobic adalah dengan memanfaatkan aktifitas mikroba aerob, untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam air limbah, menjadi zat norganik yang stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran terhadap lingkungan. Mikroba aerob ini sebenarnya sudah terdapat di alam dalam jumlah yang tidak terbatas dan selalu dapat diperoleh dengan sangat mudah.Dalam kapasitas yang terbatas alam sendiri sudah mampu menetralisir zat organik yang ada dalam air limbah. Sementara itu kemampuan air dalam menyerap oksigen di udara sangat terbatas, walaupun keberadaan oksigen di udara tidak terbatas. Pemenuhan oksigen dapat dibantu dengan peralatan mekanis (aerator), aliran udara bertekanan atau pertumbuhan mikrobia itu sendiri (algae).

Pengolahan Limbah

Bakteri aerob dapat memecah gula menjadi air, karbondioksida (CO2), dan energi. Oleh karena itu, saat ini, bakteri aerob banyak dimanfaatkan untuk pengolahan limbah-limbah cair yang dihasilkan dari pabrik-pabrik. Dalam pengolahan limbah ini, bakteri aerob memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut.

1. Bakteri aerob memerlukan suhu yang tinggi agar dapat bekerja maksimal. Ia memerlukan temperatur lebih tinggi dari sebelumnya jika ingin sampai pada reaksi yang diinginkan.

2. Bakteri ini akan efektif bekerja pada kisaran pH 6,5 sampai dengan 8,5. Pada reaktor aerob, hal tesebut dikenal dengan istilah Completely Mixed Activated Sludge (CMAS). Pada proses tersebut, terjadi netralisasi asam dan basa sehingga tidak diperlukan lagi tambahan bahan kimia selama BOD-nya kurang dari 25mg/liter limbah.

3. Memiliki kebutuhan energi yang tinggi untuk prosesnya dengan tingkat pengolahan 60-90 persen.

4. Produksi lumpur yang akan dihasilkan untuk pengolahannya tinggi. Begitupun, stabilitas proses terhadap racun dari limbah dan perubahan bebannya dari sedang sampai tinggi.

5. Bakteri aerob memerlukan nutrien yang tinggi untuk beberapa limbah industri.

6. Tidak ada bau yang dihasilkan dari pengolahan limbahnya.

Tujuan utama pengolahan limbah air adalah untuk menguraikan BOD, partikel tercampur srta membunuh organisme pathogen. Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang beasanya dipergunakan pada penglaman limbah air berikut beberapa tujuan dari kegiatan yang dilaksanakan

1. Kegiatan nitrifikasi atau denitrifikasi bertujuan untuk menghilangkan nitrat secara biologis.

2. Kegiatan air stripping tujuan untuk amoniak.

3. Desinfeksi tujuan untuk membunuh mikroorganisme.

4.Osmosis atau elektro dianalisis tujuan untuk menghilangkan zat terlarut. Adapun secara garis besar kegiatan pengolahanair limbah dapat dikelompokkan menjadi 6 bagian antara lain:

1. Pengolahan pendahuluan (pre treatment)
2. Pengolahan pertama (primainy treatment)
3. Pengolahan kedua (secoundary treatment)
4. Pengolahan ketiga (tertiary treatment)
5. pengolahan kuman (desinfektion treatment)
6. pengolahan lanjutan (ultimate disposai)


Cara Pengolahaan Limbah Air

Bahan padat yang mudah mengenda adalah bahan yang kurang begitu penting pada pengolahan ini pengurangan kebutuhan akan oksigen dapat dilaksanakan dangan baik memulai pengendapan. Pengendapan pada tangki pertama menyebabkan pertama menyebabkan perubahan loktasa menjadi laktat secara cepat dan menyulitkan pengolahan terhadap keduanya. Pengolahan dengan penggunaan oksidasi mempunyai dua fase yaitu:

1. Fase asimilasi
Pada fase ini air buangan susu segar masih berada dalam tangki aerasi.

2. Fase endogen
Bakteri tidak mempunyai makanan baru tetapi mencerna makanan selama proses asimilasi dan memerluukan oksigen dalam waktu yang lama

Langkah-langkah Pengolahan Air Limbah

Langkah awal proses pengolahan limbah adalah merubahnya menjadi air yang sudah dikurangi pencemarannya. Proses ini akan menyebabkan terbentuknya lumpur, bau, serta sedikit panas(energy).

Air Limbah → Air berkurang tercemarnya +lumpur + bau + panas
Cara pengolahannya :

1. Aerobik
2. Anaerobik
3. Fakultatif
4. Kimiawi lainnya

1. Cara Aerobik

Air limbah + udara (O2) → Air lebih aman + lumpur + bau + energy (sedikit)

• Bakteri aerob yang menguraikan air limbah.
• Bakteri aerob dapat hidup karena ada udara.
• Sehingga diperlukan unit tambahan “aerator”, atau kolam aerob.
• Prosesnya lebih cepat.
• Biaya lebih mahal karena harus mengoperasikan aerator.
• Contohnya pada terjunan/bending air sungai yang tercemar.
Fungsi aerator = mensuplai oksigen dari luar, sehingga member hidup bagi bakteri untuk penguraian.

2. Cara anaerobic

Air limbah → Air limbah lebih aman + lumpur + bau + panas

• Bakteri anaerob yang menguraikan air limbah, dalam kedaan tanpa udara atau sedikit udara.
• Kelemahannya bau yang kuat.
• Proses pengolahannya lebih lama.
• Kelebihannya , tanpa aerator sehingga lebih murah.
• Biasanya di limbah yang berbentuk genangan atau kali yang relative tidak bergerak.
• Contohnya pada septic tank.

1. Cara fakultatif

Air limbah → air limbah lebih aman + lumpur + bau + panas

Fakultatif artinya sebagian waktu menggunakan cara aerob dan sebagian waktu lain menggunakan cara anaerob. Misalnya pada pengolahan cara aerob diperlukan waktu 10 jam untuk mengperasikan aerator, pada fakultatif mungkin aerator cukup dioperasikan 4jam/hari(aerator tidak hidup terus-menerus) dan sisa waktu yang lain menggunakan cara anaerob. Sehingga dicapai hasil yang optimum. Contohnya adalah IPAL (Instalasi pengolahan air limbah)

Aerasi Didalam Pengolahan Limbah Cair

Secara umum, aerasi merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan kontak antara udara dengan air. Pada prakteknya, proses aerasi terutama bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah. Peningkatan konsentrasi oksigen di dalam air ini akan memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan limbah.

Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja dengan optimal. Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau. Aerasi dapat dilakukan secara alami, difusi, maupun mekanik.

Aerasi alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena pergerakan air secara alami. Beberapa metode yang cukup populer digunakan untuk meningkatkan aerasi alami antara lain menggunakan cascade aerator, waterfalls, maupun cone tray aerator.

Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam air limbah melalui diffuser. Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan berbentuk gelembung-gelembung (bubbles). Gelembung yang terbentuk dapat berupa gelembung halus (fine bubbles) atau kasar (coarse bubbles). Hal ini tergantung dari jenis diffuser yang digunakan.

Aerasi secara mekanik atau dikenal juga dengan istilah mechanical agitation menggunakan proses pengadukan dengan suatu alat sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air dengan udara.

1. Metode Lumpur Aktif Dalam Pengolahan Air Limbah

Merupakan proses pengolahan secara biologis aerobic dengan mempertahankan jumlah massa mikroba dalam suatu reaktor dan dalam keadaan tercampur sempurna. Suplai oksigen adalah mutlak dari peralatan mekanis, yaitu aerator dan blower, karena selain berfungsi untuk suplai oksigen juga dibutuhkan pengadukan yang sempurna. Perlakuan untuk memperoleh massa mikroba yang tetap adalah dengan melakukan resirkulasi lumpur dan pembuangan lumpur dalam jumlah tertentu.

Pengaturan jumlah massa mikroba dalam sistem lumpur aktif dapat dilakukan dengan baik dan relatif mudah karena pertumbuhan mikroba dalam kondisi tersuspensi sehingga dapat terukur dengan baik melalui analisa laboratorium. Tetapi jika dibandingkan dengan sistem sebelumnya operasi sistem ini jauh lebih rumit. Khususnya untuk limbah industri dengan karakteristik khusus.

Permasalahan dalam lumpur aktif antara lain :

1. Membutuhkan energi yang besar
2. Membutuhkan operator yang terampil dan disiplin dalam mengatur jumlah massa mikroba dalam reactor
3. Membutuhkan penanganan lumpur lebih lanjut.

Proses lumpur aktif dalam pengolahan air limbah tergantung pada pembentukan flok lumpur aktif yang terbentuk oleh mikroorganisme (terutama bakteri), partikel inorganik, dan polimer exoselular. Selama pengendapan flok, material yang terdispersi, seperti sel bakteri dan flok kecil, menempel pada permukaan flok. Pembentukan flok lumpur aktif dan penjernihan dengan pengendapan flok akibat agregasi bakteri dan mekanisme adesi. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa flokulasi dan sedimentasi flok tergantung pada hypobisitas internal dan eksternal dari flok dan material exopolimer dalam flok, dan tegangan permukaan larutan mempengaruhi hydropobisitas lumpur granular dari reaktor lumpur anaerobik. limbah padat yang berasal dari suatu instalasi pengolah air limbah industri tekstil dapat digolongkan ke dalam limbah berbahaya karena mengandung logam berat.

Bakteri merupakan unsur utama dalam flok lumpur aktif. Lebih dari 300 jenis bakteri yang dapat ditemukan dalam lumpur aktif. Bakteri tersebut bertanggung jawab terhadap oksidasi material organik dan tranformasi nutrien, dan bakteri menghasilkan polisakarida dan material polimer yang membantu flokulasi biomassa mikrobiologi. Genus yang umum dijumpai adalah : Zooglea, Pseudomonas, Flavobacterium, Alcaligenes, Bacillus, Achromobacter, Corynebacterium, Comomonas, Brevibacterium, dan Acinetobacter, disamping itu ada pula mikroorganisme berfilamen, yaitu Sphaerotilus dan Beggiatoa, Vitreoscilla yang dapat menyebabkan sludge bulking.

Jumlah total bakteri dalam lumpur aktif standard adalah 108 CFU/mg lumpur. Sebagian besar bakteri yang diisolasi diidentifikasi sebagai spesies-spesies Comamonas-Psudomonas. Caulobacter, bakteri bertangkai umumnya ditemukan dalam air yang miskin bahan organik, dapat diisolasi dari kebanyakan pengolahan limbah, khususnya lumpur aktif .

Zoogloea adalah bakteri yang menghasilkan exopolysaccharide yang membentuk proyeksi khas seperti jari tangan dan ditemukan dalam air limbah dan lingkungan yang kaya bahan organik . Zoogloea diisolasi dengan menggunakan media yang mengandung m-butanol, pati, atau m-toluate sebagai sumber karbon. Bakteri ini ditemukan dalam berbagai tahap pengolahan limbah tetapi jumlahnya hanya 0,1-1% dari total bakteri dalam mixed liqour (Williams dan Unz, 1983).

Flok lumpur aktif juga merupakan tempat berkumpulnya bakteri autotrofik seperti bakteri nitrit (Nitrosomonas, Nitrobacter), yang dapat merubah amonia menjadi nitrat dan bakteri fototrofik seperti bakteri ungu non sulfur (Rhodospilrillaceae), yang dapat dideteksi pada konsentrasi sekitar 105 sel/ml. Bakteri ungu dan hijau ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil. Barangkali, bakteri fototrofik hanya sedikit berperan dalam penurunan nilai BOD dalam lumpur aktif .

TEKNIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN BIOREMEDIASI

Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun.

Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri. Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak aplikasi-aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan. Bidang bioremediasi saat ini telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi melalui teknologi genetik. Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.

Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama kali dipatenkan adalah bakteri “pemakan minyak”. Bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain inipun belum mampu untuk mendegradasi komponen-komponen molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan di lingkungan.

Cara bioremediasi air

Wastewater treatment (Pengolahan limbah cair)

1. Air dari rumah tangga yang masuk ke dalam saluran air dipompa menuju fasilitas pengolahan di mana feses dan produk kertas dibuang ke tanah dan disaring menjadi partikel yang lebih kecil sehingga dihasilkan material berlumpur yang disebut sludge. Sedangkan air yang mengalir keluar disebut effluent yang digunakan untuk aerasi tangki karena bakteri aerobik dan mikroba lain akan mengkoksidasi bahan organik yang terdapat effluent.

2. Di dalam tangki ini, air disemprotkan di atas batu atau plastik yang ditutupi dengan biofilm mikroba pendegradasi sampah yang secara aktif mendegradasi bahan organik dalam air.

3. Effluent dialirkan melalui system sludge dengan menggunakan tangki yang mengandung sejumlah besar mikroba pendegradasi sampah yang tumbuh pada lingkungan yang dikontrol

4. Effluent didesinfeksi dengan klorin sebelum air dialirkan ke sungai atau laut.

5. Sludge dialirkan ke dalam tangki pengolah anaerob yang mengandung bakteri anaerob yang akan mendegradasi sludge. Bakteri ini menghasilkan gas karbon dioksida dan metana. Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan bakar untuk menjalankan peralatan pada pengolahan sampah dengan menggunakan tanaman. Cacing-cacing kecil yang sering muncul pada sludge, juga membantu menghancurkan sludge menjadi partikel-partikel kecil.

6. Sludge ini kemudian dikeringkan dan dapat digunakan sebagai lahan pertanian atau pupuk.

Groundwater clean-up

Kasus yang biasanya terjadi adalah tumpahan gasolin, dimana tumpahan tersebut mencemari air dalam tanah. Hal ini dapat ditangani dengan mengkombinasikan antara bioremidiasi ex situ (bagian atas permukaan tanah) dan bioremidiasi in-situ (di dalam tanah).

1. Bioremidiasi ex situ. Minyak dan gas dipompa keluar ke permukaan tanah menggunakan bioreaktor à dalam bioreaktor terdapat bakteri yang tumbuh pada biofilm à bakteri ini mendegradasi polutan à pupuk/ nutrien dan oksigen ditambahkan pada bioreaktor

2. Bioremidiasi in-situ. Air bersih hasil dari bioreaktor yang terdiri atas pupuk, bakteri dan oksigen à dikembalikan lagi di dalam tanah (sebagai air tanah).



Turning wastes into energy

Pada waktu proses bioremidiasi, bakteri anaerobik menghasilkan soil nutrients dan metana. Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan bakar, sedangkan soil nutrients digunakan sebagai pupuk.

Contoh. Bakteri anaerobik Desulfuromonas acetoxidans merupakan bakteri anerobik laut yang menggunakan sulfur dan besi sebagai penerima elektron untuk mengoksidasi molekul organik dalam endapan dimana bisa menghasilkan energi. Karena bakteri ini menggunakan reaksi redoks untuk mendegradasi molekul pada lapisan sedimen  elektron ditangkap oleh elektroda  elektroda ini berfungsi mentransfer elektron ke generator arus listrik.

Teknik bioremediasi menciptakan lingkungan yang terkontrol untuk memproduksi enzim yang sesuai bagi reaksi terkatalisis yang diinginkan. Kebutuhan dasar dari proses biologis yaitu :

1. Kehadiran mikroorganisme dengan kemampuan untuk mendegradasi senyawa target.
2. Keberadaan substrat yang dikenali dan dapat digunakan sebagai sumber energi dan karbon.
3. Adanya pengumpanan yang menyebabkan terjadinya sintesa spesifik untuk senyawa target.
4. Keberadaan sistem penerima-donor elektron yang sesuai.
5. Kondisi lingkungan yang sesuai untuk reaksi terkatalisis enzim dengan kelembaban dan pH yang mendukung.
6. Ketersediaan nutrien untuk mendukung pertumbuhan sel mikroba dan produksi enzim.
7. Suhu yang mendukung aktivitas mikrobial dan reaksi terkatalisis.
8. Ketersediaan bahan atau substansi beracun terhadap mikroorganisme tersebut.
9. Kehadiran organisme untuk mendegradasi produk metabolit.
10. Kehadiran organisme untuk mencegah timbulnya racun antara.
11. Kondisi lingkungan yang meminimumkan organisme kompetitif bagi mikroorganisme pendegradasi.

Tanpa adanya enzim yang mengkatalis reaksi degradasi, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan lama. Enzim mempercepat proses tersebut dengan cara menurunkan energi aktivasi, yaitu energi yang dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi. Tanpa adanya mikroba, proses penguraian di lingkungan tidak akan berlangsung. Kotoran, sampah, hewan, dan tumbuhan yang mati akan menutupi permukaan bumi, suatu kondisi yang tidak akan pernah kita harapkan. Sebagai akibatnya, siklus nutrisi atau rantai makanan akan terputus.

Lintasan biodegradasi berbagai senyawa kimia yang berbahaya dapat dimengerti berdasarkan lintasan mekanisme dari beberapa senyawa kimia alami seperti hidrokarbon, lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Sebagian besar dari prosesnya, terutama tahap akhir metabolisme, umumnya berlangsung melalui proses yang sama.



B. OPTIMALISASI KONDISI DALAM BIOREMEDIASI

Keberhasilan proses biodegradasi banyak ditentukan oleh aktivitas enzim. Dengan demikian mikroorganisme yang berpotensi menghasilkan enzim pendegradasi hidrokarbon, perlu dioptimalkan aktivitasnya dengan pengaturan kondisi dan penambahan suplemen yang sesuai. Dalam hal ini perlu diperhatikan faktor-faktor lingkungan yang meliputi kondisi lingkungan, temperature, oksigen, dan nutrient yang tersedia.

1. Lingkungan

Proses biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung kelancaran aliran nutrient, enzm-enzim mikrobial dan air. Terhentinya aliran tersebut akan mengakibatkan terbentuknya kondisi anaerob sehingga proses biodegradasi aerobik menjadi tidak efektif. Karakteristik tanah yang cocok untuk bioremediasi in situ adalah mengandung butiran pasir ataupun kerikil kasar sehingga dispersi oksigen dan nutrient dapat berlangsung dengan baik. Kelembaban tanah juga penting untuk menjamin kelancaran sirkulasi nutrien dan substrat di dalam tanah.

2. Temperatur

Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40oC. Ladislao, et. al. (2007) mengatakan bahwa temperatur yang digunakan pada suhu 38oC bukan pilihan yang valid karena tidak sesuai dengan kondisi di Inggris untuk mengontrol mikroorganisme pathogen. Pada temperatur yang rendah, viskositas minyak akan meningkat mengakibatkan volatilitas alkana rantai pendek yang bersifat toksik menurun dan kelarutannya di air akan meningkat sehingga proses biodegradasi akan terhambat. Suhu sangat berpengaruh terhadap lokasi tempat dilaksanakannya bioremediasi.

3. Oksigen

Langkah awal katabolisme senyawa hidrokaron oleh bakteri maupun kapang adalah oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase, dengan demikian tersedianya oksigen merupakan syarat keberhasilan degradasi hidrokarbon minyak. Ketersediaan oksigen di tanah tergantung pada (a) kecepatan konsumsi oleh mikroorganisme tanah, (b) tipe tanah dan (c) kehadiran substrat lain yang juga bereaksi dengan oksigen. Terbatasnya oksigen, merupakan salah satu faktor pembatas dalam biodegradasi hidrokarbon minyak.

4. Nutrien

Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber karbon, energy dan keseimbangan metabolism sel. Dalam penanganan limbah minyak bumi biasanya dilakukan penambahan nutrisi antara lain sumber nitrogen dan fosfor sehingga proses degradasi oleh mikroorganisme berlangsung lebih cepat dan pertumbuhannya meningkat.

5. Interaksi antar Polusi

Fenomena lain yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam mengoptimalkan aktivitas mikroorganisme untuk bioremediasi adalah interaksi antara beberapa galur mikroorganisme di lingkungannya. Salah satu bentuknya adalah kometabolisme. Kometabolisme merupakan proses transformasi senyawa secara tidak langsung sehingga tidak ada energy yang dihasilkan.

C. BIOAUGMENTASI

Bioaugmentasi adalah penambahan organisme atau enzim pada suatu bahan untuk menyingkirkan bahan kimia yang tidak diinginkan. Bioaugmentasi digunakan untuk menyingkirkan produk sampingan dari bahan mentah dan polutan potensial dari limbah. Organisme yang biasa digunakan dalam proses ini adalah bakteri. Namun banyak aplikasi yang berhasil menggunakan tumbuhan untuk menyingkirkan kelebihan nutrien, logam dan bakteri pathogen. Penggunaan tumbuhan ini biasa dikenal dengan istilah phytoremediasi. Pemilihan metode bioremediasi yang cocok dengan kondisi lingkungan diharapkan akan dapat meningkatkan kecepatan biodegradasi. Dua metode yang biasa dilakukan untuk bioremediasi adalah : (1) dengan menstimulasi populasi mikroorganisme eksogen (biostimulasi) dan (2) dengan menambahkan mikroorganisme eksogen (bioaugmentasi). Bioaugmentasi dipilih apabila kontaminan membutuhkan waktu degradasi yang lama, bila lingkungan yang tercemar sulit dimodifikasi dalam rangka mencapai kondisi optimal bagi pertumbuhan mikroorganisme, atau bila tingginya konsentrasi kontaminan menghambat pertumbuhan mikroorganisme indogenus. Bioaugmentasi juga dilakukan untuk menurunkan keragaman jalur degradasi hidrokarbon terutama untuk mempercepat proses degradasi hidrokarbon poliaromatik. Keberhasilan aplikasi bioaugmentasi diukur dari peningkatan jumlah mikroorganisme yang berperan dalam proses degradasi serta daya tahan mikroorganisme eksogen pada lingkungan yang tercemar. Walter (1997) menyatakan bahwa untuk memperoleh strain mikroorganisme ataupun konsorsium mikroorganisme yang tepat bagi aplikasi bioaugmentasi ada tiga pilihan metode yang bisa dilakukan, yaitu : pengkayaan selektif, penggunaan produk mikroorganisme komersial atau rekayasa genetika.

BIO TRENT LIMBAH

Adalah kultur campuran berbagai mikroorganisme yang mampu mengurai berbagai senyawa organik di dalam air limbah. Kandungan BIO-TRENT adalah : Mikroorganisme seperti Lactobacillus, Actinomycetes, Bakteri Nitrifikasi, Bakteri Pelarut Fosfat, Bakteri Fotosintetik, Zat Penghilang Bau dan Jamur Fermentasi. Di samping itu, BIO-TRENT juga dilengkapi dengan nutrisi seperti Glukosa, Fruktosa dan lainnya.

Keunggulan

1. Lebih cepat mengurai bahan-bahan organic

Bakteri BIO-TRENT adalah bakteri pengurai yang dapat bekerja sendiri-sendiri atau bersama-sama. Sifat bakteri yang mampu hidup dalam keadaan ekstrim, membuat bakteri BIO-TRENT lebih cepat mengurai dibanding bakteri alami yang ada di air limbah. Setiap bakteri mengurai dengan bantuan zat (enzim) yang dihasilkan. Bakteri BIO-TRENT yang beragam (kompleks) akan menghasilkan enzim pengurai yang beragam pula, sehingga kemampuan penguraiannya lebih tinggi dibanding bakteri lain.

2. Mencegah bau

Actinomycetes adalah bakteri yang mampu menghasilkan zat penghilang bau tak sedap. Dengan tumbuhnya bakteri ini di dalam sistem sudah dipastikan bau tak sedap dapat dicegah. Instalasi air limbah banyak menggunakan bahan terbuat dari logam. Seperti pompa dan blower. Logam bersifat mudah terkorosi, apalagi terkena H2S dan CO2 agresif. H2S dalam bentuk tak terionisasi bersifat sangat toksik dan korosif. H2S dan CO2 dapat berasal dari dekomposisi bahan organik oleh bakteri tertentu. Kerugian yang diderita perusahaan/instansi dengan kerusakan tersebut sangatlah besar. Untuk mencegah korosi atau karat pada instalasi pengolahan air limbah, dibutuhkan bakteri yang mampu mencegah terjadinya proses penguraian yang menghasilkan H2S dan CO2 agresif. Bakteri tersebut ada di dalam produk BIO- TRENT.

3. Menghambat pertumbuhan bakteri pathogen

Bakteri patogen (penyebab penyakit) diantaranya E. coil (penyebab penyakit diare), Legionella pneumophilla (penyebab penyakit pernapasan akut), Leptospira (penyebab penyakit leptospirosis), Shigella (penyebab penyakit disentri) Vibrio cholerae (penyebab penyakit kolera). Dan bakteri penyebab penyakit lainnya. Untuk menghambat tumbuhnya bakteri-bakteri tersebut di dalam air limbah, maka perlu kita hidupkan bakteri BIO-TRENT di dalam system. Bakteri Lactobacillus di dalam BIO-TRENT mampu menghasilkan antibiotik alami (zat) pembunuh bakteri patogen.

PERKEMBANGAN TECHNOLOGI BIOREMEDIASI

Bioremediasi didefinisikan sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik polutan secara biologi dalam kondisi terkendali dengan tujuan mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan. Kelebihan teknologi ini ditinjau dari aspek komersil adalah relatif lebih ramah lingkungan, biaya penanganan yang relatif lebih murah dan bersifat fleksibel. Teknik pengolahan limbah jenis B3 dengan bioremediasi umumnya menggunakan mikroorganisme (khamir, fungi, dan bakteri) sebagai agen bioremediator. Pendekatan umum yang dilakukan untuk meningkatkan kecepatan biotransformasi ataupun biodegradasi adalah dengan cara:
Feeding, atau dengan memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi (biostimulasi) dan aerasi (bioventing).

Langkah-langkahnya Air dari rumah tangga yang masuk ke dalam saluran air dipompa menuju fasilitas pengolahan di mana feses dan produk kertas dibuang ke tanah dan disaring menjadi partikel yang lebih kecil sehingga dihasilkan material berlumpur yang disebut sludge.Sludge dialirkan ke dalam tangki pengolah anaerob yang mengandung bakteri anaerob yang akan mendegradasi sludge. Bakteri ini menghasilkan gas karbon dioksida dan metana. Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan bakar untuk menjalankan peralatan pada pengolahan sampah dengan menggunakan tanaman. Cacing-cacing kecil yang sering muncul pada sludge, juga membantu menghancurkan sludge menjadi partikel-partikel kecil. Sludge ini kemudian dikeringkan dan dapat digunakan sebagai lahan pertanian atau pupuk. Ilmuwan telah menemukan bakteri yang disebut Candidatus Brocadia Anammoxidans yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi ammonium pada suasana anaerob (sebagian besar produk yang terdapat dalam urin). Penting sekali untuk menghilangkan amonium dalam limbah cair sebelum air dialirkan ke sungai atau laut karena kadar ammonium yang terlalu tinggi memberikan dampak negatif bagi lingkungan.

Tanah dan air yang terkontaminasi minyak tersebut dapat merusak lingkungan serta menurunkan estetika. Lebih dari itu tanah dan air yang terkontaminasi limbah minyak dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sesuai dengan Kep. MenLH 128 Tahun 2003. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan dan pengolahan terhadap tanah yang terkontaminasi minyak. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran dan penyerapan minyak kedalam tanah.

Upaya pengolahan limbah B3 baik di darat (tanah dan air tanah) ataupun di laut telah banyak dilakukan dengan menggunakan tehnik ataupun metoda konvensional dalam mengatasi pencemaran seperti dengan cara membakar (incinerasi), menimbun (landfill), menginjeksikan kembali sludge keformas minyak (slurry fracture injection) dan memadatkan limbah (solidification). Teknologi-teknologi ini dianggap tidak efektif dari segi biaya (cost effective technology), waktu (time consuming) dan juga keamanan (risk).



DAFTAR PUSTAKA

Black, Jacquelyn G. 2002. Microbiology. John Wiley & Sons, Inc.
Brock. TD. Madiqan. MT. 1991. Biology of Microorganisms. Sixth ed. Prentice- HallInternational, Inc.
Cappuccino, JG. & Sherman, N. 1987. Microbiology: A Laboratory Manual. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.
Case, C.L. & Johnson, T.R. 1984. Laboratory Experiments in Microbiology.
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California.
Fardiaz, S. 1987. Fisiologi Fermentasi, PAU IPB.
Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi (Common Teksbook). Biologi FPMIPA UPI, IMSTEP.
Moat, A.G. & Foster, J.W. 1979. Microbial Physiology. John Wiley & Sons
Nicklin. J.K. Graeme-Cook. T. Paget & R. Killington. 1999. Instans Notes in Microbiology. Springer Verlag. Singapore Pte, Ltd.
Tortora Gerard J. et al. 1992. Microbiology an Introduction. Fourth Ed. The Benjamin Cummings Publishing Company, Inc.


Sumber : https: // aguskrisnoblog . wordpress . com/


http://momoncomputer.blogspot.com/












Sedot wc batam, sedot tinja batam, sedot toilet batam, toilet batam, wc batam, tandas batam, wastafel batam, mampet batam, tersumbat batam, saluran air batam, wastafel mampet batam, closet batam, wastafel tersumbat batam, air kotor batam, wwtp batam, stp batam, grease trap batam, sedot lemak batam, septictank batam, kamar mandi batam, plumbing batam, saluran air kotor batam, air kotor batam, kotoran batam, pup batam, bab batam, buang air besar batam, feces batam, tai batam, lemak batam, batam, barelang, kepri, kontraktor, contractor, kepulauan riau, Indonesia, asia, asian, asean, mea, kakus, jamban, toilet, wastafel, tandas, septictank, chamber, ic, cover, ipal, instalasi, pengolahan, air limbah, saluran air, saluran, air kotor, jorok, parit, pipa, pemipaan, plumbing, iplt, instalasi pengolahan lumpur tinja, lumpur tinja batam, lumpur tinja, perangkap lemak batam, urinoir, kencing, air kencing, berak, terkencing, terkencit, terberak, gas beracun, gas berbahaya, co2, herbarik, oksigen, oxygen, karbon dioksida, karbon monoksida, carbon, monoxide, dioxide, jago, tukang, kuli, pekerja, worker, kerja keras, usaha, bisnis, buntut, silit, lubang, lobang, pantat, ass hole, sanitasi, sanitation, monster, bakteri, bacteria, chemical, soda api, super, hero, pahlawan, mesin, pompa, jurop, sentrifugal pump, pompa celup, tanki, tank, tangki, underground, bawah tanah, basement, safety, keselamatan, kesehatan, kerja, k3, selang, heavy duty, truk, truck, lorry, kendaraan, mobil, banjir, meluap, luapan, sumbatan, gorong-gorong, ftz, free trade zone, kek, kawasan ekonomi khusus, bp batam, pemko batam, dinas kebersihan dan pertamanan, gas berbahaya, dangerous gases, Tips, Alasan, Trik, Ide, Cara, Prinsip, Fakta, Rahasia, Strategi, teknik, teknis, technical, 2016, azam service, rga, royal gensa asih, abm, anugerah Bandar madani, prima service, tinja mas, tinjamas service, dwikarsa servikatama, jawa service, banyumas mampet, wta, win tirta abadi, basrul, dedi, son, kawasan industry batamindo, batamindo industrial park, tunas regency, kawasan industry tunas, kawasan industry hijrah, vacuum tank, kuras tinja, kuras wc, kuras septictank, plong, lancer, lancar, pipa mampet, pipa tersumbat, sludge, lumpur, bilge,engineering, mechanical, electrical, maintenance, tools, utility, pipe, piping, pipa, pemipaan, perpipaan, fabrication, fabrikasi, parit, selokan, separator, minyak, grease, minyak dapur, lemak dapur, bio, treatment, bakteri, bacteri, bacterial, disposal, pembuangan, penyedotan, pembersihan, pengolahan, pengelolaan, taik, tai, telek, buang hajat, hajat, buang air besar, buang air kecil, jamban, kakus, kaskus, grey water, black water, Kesehatan Lingkungan, Materi Kuliah, mata kuliah, materi belajar, artikel, makalah, tulisan, asisten, marketing, manajer, manager, director, direktur, renovasi, rumah, gedung, apartment, gudang, hotel, ventilator, perbaikan, pembangunan, sipil, konstruksi, kontraktor, contractor, konstruksi, construction, pekerjaan sipil, civil work, drainase, drainage, indicator, fasilitator, facilitator, sanitasi, sanitation, infrastruktur, konsultan, consultant, konsultasi, dokumen, dokumentasi, documentation, document, supervise, supervisi, supervisor, pengawasan, pengawas, sampah, persampahan, lingkungan, environment, environmental, Kontraktor STP-WTP-WWTP, Water Treatment Plant, Waste Water Treatment Plant, Sewage Treatment Plant, Kontraktor STP, Kontraktor WTP, Kontraktor WWTP, Kontraktor IPLT, Instalasi Pengolahan Limbah Tinja, amdal, bapedal, bapedalda, lab, laboratorium, sucofindo, uji, pengujian, sampel, sample, tes, pengujian, pengetesan, mikrobiologi, ahli, uji lab, standar mutu, kendali mutu, tukang, kenek, helper, borongan, pemborong, limbah, b3, bahan beracun dan berbahaya, dangerous, danger, suspicious, contain, landscaping, pertamanan, taman, landscape,Dokumen AMDAL, UKL-UKL, Audit Lingkungan, Pelaporan Lingkungan, Perencanaan IPAL, Konsultan lingkungan, audit lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup, general contractor batam, kontraktor umum batam, limbah rumah tangga, bp batam, pemko batam, pemerintah kota batam, badan pengusahaan batam, Apartment, Up Grade, Instalasi Pengolahan Air Limbah, Maintenance Peralatan, perawatan, pencemaran, infrastruktur, limbah, sampah, logam berat, mercuri, manual, otomatis, system, pekerjaan, job, evaluasi, tender, Water Intake Unit, Clarifier Unit, Water Transfer Tank, Sand Filter Tank, media, Carbon Tank Media, Multi Media, lelang, proyek, project, aerasi, Instalasi IPAL Domestic, Commercial, Konsultan, Kontraktor IPAL, Perawatan dan Pengoperasian, professional, safety, k3, keselamatan dan kesehatan kerja, restorasi, restoration, level, racun, kotor, kotoran, jijik, manufacturing, manufacture, timbale, engineering, rekayasa, sertifikasi, sertifikat, prosedur, procedure, sop, standard, operation, industry, industries, kawasan, pengolahan limbah, pengelolaan limbah, manajemen, management, system, ijin, izin, permit, pengawas, pengawasan, supervisor, supervisory, panbil, kabil, muka kuning, batamindo, tanjung uncang, galangan kapal, sekupang, batu ampar, batu merah, batu besar, nongsa, batam center, Nagoya, jodoh, analisa, analisis, metode, metoda, teknik, teknis, technique, makalah, limbah, beracun, berbahaya, medis, Kawasan Pengelolaan Limbah, HSE, Health, Safety, Environtment, Waste Management Services, kementerian, lingkungan hidup, klh, perkapalan, galangan, kapal, shipyard, perda, ranperda, rancangan, peraturan daerah, teknis, bimbingan, bimtek, training, pelatihan, standarisasi, pompa celup, pompa sentrifugal, centrifugal pump, pump, pompa, vacuum,






Solusi Tepat Penyelesaian & Pembersihan Limbah Cair Domestik Industri, Perkantoran, Gedung/Apartment, Perumahan, Rumah Tangga (septictank suction/cleaning), serta penanganan / pelancaran saluran mampet/tersumbat (clogged handling service)